Powered by Blogger.

Saturday, 1 November 2014

Sepucuk Harapan

Sepucuk Harapan

Lembayung merona menatap jingga senja. Memaparkan arti kehidupan sesungguhnya. Sekitar dua puluh ribu manusia hilir mudik meramaikan panggung sandiwara. Oh, sungguh dunia malam telah tiba. Kembang api bagaikan lukisan yang menghiasi langit malam. Tiup terompet semerbak menandai detik-detik jelang bergantinya tahun. Betapa, indahnya malam itu.
Nun jauh dari sana, Satu dari mereka termenung. Ya, hanya satu dari mereka yang hanya tersudut dibawah rembulan memandang betapa menyedihkannya bumi ini.
***
Malam tahun baru telah usai, kini saatnya wajah-wajah lesu itu bangkit dari ranjang mereka dan percaya akan datang sesuatu yang lebih baik dari tahun lalu. Nyatanya, Tidak Demikian!
Seorang anak masih termenung, sesekali ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari siapa yang peduli. Bukan padanya, tapi pada tumpukan limbah yang bahkan ia tidak tahu berasal dari nama.
            “Dik...” terdengar sosok suara memanggil.
Dia yang tidak disebutkan namanya terus mencari sampai kemanapun suara itu membawanya. Mengejar walaupun sampai ke langit sekalipun. Suara itu membawanya ke jalan berbukit dan berbatu-batu yang terjal. Hingga akhirnya menghilang di puncak bukit.
Tepat di atas bukit, tampak jelas tumpukan sampah yang mungkin hanya disadari olehnya. Pasti terlihat oleh siapapun yang berdiri di atas bukit ini seraya menoleh ke kanan dan ke kiri tanpa menyadari betapa kusutnya kota ini.
            “Dik...” suara tersebut muncul kembali.
Sekejap badannya bergetar hebat, dia merasakan getaran di sekujur tubuhnya. Tidak ada satupun orang di puncak bukit itu. Rambut-rambut halus di seluruh badannya menegak, menandakan rasa ketakutan yang memuncak.
            “Dik...” kini terdengar semakin jelas dan nyata.
Suara langkah kaki berderap, rasanya seperti berjalan tepat ke arahnya. Sebelum akhirnya, dia menyadari ada seseorang yang menepuk pundaknya.
            “Dik...”
Begitu melihat wajah tua itu, suara yang sudah hampir habis dimakan zaman, usia renta jelang senja kehidupan nampak nyata, Bocah dua belas tahun itu langsung tahu siapa yang berada di hadapannya.
            “Dik... Datuk mengikutimu sedari tadi. Hanya termenung sedih. Ada apa gerangan?”
            “A..aku hanya sedih datuk. Melihat tumpukan sampah yang menggunung,” jawab bocah itu dengan sangat hati-hati dan disertai rasa segan
Mendengar jawaban dari bocah tersebut, Datuk tersenyum berseri-seri. Wajahnya seperti memancarkan aura – yang tidak semua orang dapat melihatnya. Perlahan, Datuk merangkul bocah berkulit hitam itu.
            “Sebelumnya datuk selalu bersedih akan nasib bangsa ini dibawah para tunas bangsa yang selalu berfoya-foya dan hidup dalam kemewahan. Malam ini, datuk mendapatkan jawaban yang pasti. Bukan dari siapa-siapa melainkan seorang bocah yang tidak ada artinya di hadapan para ‘manusia bermartabat’,” ujar beliau.
            “Kini, datuk merasa tenang meninggalkan dunia ini. Karena datuk tahu tuhan selalu mewariskan ‘mereka’. Mereka para malaikat penjaga bumi. Mereka yang hatinya tidak tenang melihat kusutnya bumi ini. Sekarang, bumi ini Datuk serahkan padamu. Jagalah bumi ini dengan segenap hati,” lanjut beliau.
Suara yang barusan terdengar semakin lama semakin lenyap. Tubuh datuk perlahan-lahan lenyap, tidak terkecuali dengan bocah yang sedari tadi bersamanya.
***
Hoahmm, dia terbangun di atas tumpukan sampah yang ada di hadapannya. Mimpi yang baru saja ia alami, terasa sangat nyata – tidak ada yang tahu itu. Namun entahlah, di dalam lubuk hati, dia mengiyakan pesan datuk. Menjaganya dari tumpukan sampah hasil dari bergelimangan harta yang selalu dibuang-buang – seakan tidak berharga dan juga menjaganya dari tangan-tangan jahil yang suka mencubiti sumber alam bumi sampai habis.

Why leave better planet to our kids?

Why don’t we leave BETTER KIDS to the planet instead?
Publisher: Tama - 05:01

Saturday, 20 September 2014

Puisi Kabar Dari Seberang Sana














Kabar Dari Seberang Sana


Wahai sahabatku yang berada di bumi seberang sana!
Ku selalu selipkan sepucuk surat di tiap mimpimu
Berharap kan kau baca dan selalu ingat
Namun ku tak mendapatkan balasan apapun
Tak ada satupun dari tiap Merpati
Yang terbang mengetuk pintu
Untuk menyampaikan nyanyian indah
atau sepatah kata yang kumau 'itu'
Publisher: Tama - 01:57

Syair


Hai, Bloggers! Maaf banget nih ya, jarang aktif karena barusan sibuk dengan Lomba Cipta Seni Siswa Nasional. Walaupun nggak menang sih huhu... Eits kali ini kita bukan ngebahas tentang itu. Nih ya, aku baru dapet tugas tentang membuat syair dari guruku nih. Kali ini kita sama-sama belajar ya. Aku juga kurang tahu, apa itu syair dan cara membuatnya. Check this out!

Syair itu definisinya (kalo menurut aku) sih ya, syair itu seperti sejenis perpaduan antara pantun dan puisi. Yang membedakan syair dengan puisi dan pantun adalah sajaknya dan isinya. Yuk, biar lebih jelas agar kita paham betul tentang Syair :



Syair biasanya ditulis menggunakan Bahasa Melayu. Tapi, boleh juga menggunakan Bahasa Indonesia. Agar lebih jelasnya, akan saya tampilkan contoh Syair.


Nah kalau yang ini sih, Syair karya saya sendiri sebagai pemula yang kurang tahu menahu tentang dunia kepenulisan apalagi syair, Judulnya adalah "Syair Pejuang Tua" ceilah...

Syair Pejuang Tua

Oleh Muhammad Anugrah Utama

Wajahmu menyembunyikan kejayaan
Sepasang mata tua mengimajikan keagungan
Nalar Brilian memberikan kehangatan
Terselip sebuah pesan di balik kesempurnaan

"Teruslah Menatap Rembulan,"
Bisiknya pelan,
Suara gagah itu perlahan lenyap dimakan zaman
Menyisakan segenap kecemasan
Publisher: Tama - 01:50

Sunday, 27 July 2014

Frozen Fan Art 1


Anna

Well, for me, Anna is the hardest one to make. I worked really hard on those eyes and hair and i had no idea about the clothes. A bit confusing. For me, the outfit was epic fail xD

Bagi saya sih, Anna itu yang paling susah dibikin. Paling susah itu bikin mata sama rambutnya. Apalagi bajunya, nggak ngerti gimana bikinnya. Itu buktinya, bajunya Anna ancur xD


Elsa

Elsa is the first one to draw. Well, drawing her is not dat hard, but coloring her hair was so difficuilt. I was confused because i don't have the crayon so i use pencil color. Out of my expectation, her clothes were very easy to draw. Yea, it looks hard but actually it's pretty easy

Elsa itu yang pertama kali kugambar. Menggambar Elsa tidak sesusah yang kukira, tapi mewarnai rambutnya sangatlah sulit. Karena saya bingung tidak memiliki krayon yang pas. Tapi di luar dugaan, bajunya sangat mudah dibuat. Ya, keliatannya sih emang susah, tapi sebenernya mudah kok!


Olaf

Hey Everyone! Im Olaf and I love warm hugs. I knew everyone would tell me that Olaf is the easiest one to draw. Yeah, damn easy cause his main color is white, just let me add a bit of grey and everything fixed.

Hai Semuanya! Aku Olaf dan aku suka pelukan hangat. Semua orang bilang kalau Olaf adalah yang paling gampang digambar. Tentu, karena warna dasarnya cuma putih, dikasih abu-abu dikit udah perfect kok.

Publisher: Tama - 10:03

Di Ufuk Timur Langit Merah Putih

Cerita ini gue bikin maksud dan tujuannya adalah untuk mengikuti lomba Olimpiade Seni dan Bahasa Indonesia (OSEBI 2014) Namun sayang sekali belum beruntung :( Karena banyak yang nanyain, ini dia cerita yang kukirim waktu itu "Di Ufuk Timur Langit Merah Putih". Maaf kalau kurang bagus ya...



Di Ufuk Timur Langit Merah Putih


  

Tuhan..., tolong lindungi kami dari segala bahaya yang selalu mengancam diri kami. Ya Tuhan..., tolong selamatkan jiwa raga kami. Jangan biarkan mereka merenggut nyawa kami.

Jeeedaaar! Suara itu terdengar keras menembus telingaku. “Semuanya Tiarap!” seru Bu Lome, ibu guruku. Suara itu disambut beberapa bunyi peluru lainnya. Praaang! Kaca kelas kami pecah berhamburan. Keceriaan dan kebahagian kami seketika berubah menjadi kemuraman. Orang-orang bertubuh besar melepaskan beberapa tembakan. Aku terbungkam dalam suasana yang sama sekali tidak kusangka-sangka sebelumnya. Dengan cekatan, kuayunkan langkah menerobos kerumunan.

Terpikir olehku kejadian mencekam yang baru saja kualami. Di penghujung tahun 1998, kerusuhan sering terjadi antara golongan pro-kemerdekaan dan golongan anti-kemerdekaan yang berujung mengungsinya warga Timor Timur. Sebelumnya aku memang tinggal di Dili, ibukota provinsi Timor Timur. Namun karena adanya isu Timor Timur akan lepas dari Indonesia, aku terpaksa mengungsi ke Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.

Sesampaiku di rumah, aku mengeluarkan sehelai kertas, lalu menulisnya

‘Kini, Terbayang dalam benakku, kerusuhan dua tahun yang lalu. Kerusuhan yang merenggut nyawa ayahku. Waktu itu, ayahku yang merupakan golongan anti-kemerdekaan tidak menginginkan Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan membentuk negara baru....’ Begitu kutuliskan di sepucuk surat yang akan kutujukan kepada sosok Idolaku.

***

“Hoaaahm...” Aku terbangun dari tidurku. Pagi itu, mentari belum menampakkan sinarnya. Semilir angin pagi menusuk tulangku. Ingin rasanya aku kembali meringkuk di kasur seraya memeluk selimut yang hangat. Namun, kurasa itu tak mungkin karena pagi sudah hampir tiba. Aku mengenakan seragam sekolahku. Sebelum berangkat ke sekolah, tak lupa aku menyempatkan berpamitan diri kepada ibu. “Ibu, aku akan pergi ke sekolah,”. “Jangan nakal anakku sayang. Doa ibu menyertaimu,” Begitulah sepenggal doa yang selalu mengiringiku menuju sekolah.

Sekolahku berjarak empat kilometer dari pusat kota Atambua, Nusa Tenggara Timur. Sebelum itu, aku harus naik angkutan di terminal yang berjarak lima ratus meter dari rumahku. Sang surya kini mulai menampakkan sinarnya, seakan membakar api semangatku. Mengantarkanku ke suatu tempat dengan tujuan mulia. Seraya meniti langkah menuju sekolah, kusenandungkan sepotong lirik lagu “Bolelebo ita nusa lelebo~

“Gaby!” sosok wanita memanggilku dari kejauhan. “Jessie!” Ia adalah teman dekatku. Jessie merupakan keturunan dari orangtuanya yang memiliki darah Kupang-Australia. Jessie dapat berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris, namun ia tidak bisa berbahasa Tetun. Tidak terasa, Kini tibalah aku di angkutan yang akan membawaku pergi ke sekolah.

Tiga puluh menit berlalu. Angkutan yang membawaku kini tiba di sekolah. Suasana sekolah sudah ramai, namun tidak ada keceriaan dan kegembiraan. Yang ada hanyalah suasana mencekam. Garis polisi dipasang dimana-mana. Aku benar-benar tidak tahu apa yang telah terjadi. Aku melihat sekeliling, tidak ada teman-temanku. Apa yang telah terjadi? aku pun bertanya-tanya dalam hati.

Dap...  Dap....  Aku  mendengar  suara  langkah  kaki  mendekatiku.  “Ama
(Pak) Marco!” seruku. “Kenapa pak? Apa yang terjadi?”  Air mata membanjiri pipiku. “Daerah ini menjadi milik Timor Lorosae,” jelas pak Marco. Aku terperangah mendengar apa yang barusan kudengar. Bukannya tanah ini tanah milik Indonesia? Tanah peninggalan leluhur kita,” Aku semakin kebingungan.

Tanah yang selama ini milik leluhur, harus kami relakan berpindahtangan. Aku kehilangan teman-teman, guru, dan masa depanku. Maafkan kami wahai para leluhur. Kami telah gagal menjaga kepercayaanmu, menjaga tanah subur yang kau rawat dengan kasih sayang dan kau wariskan kepada kami.

Tiba-tiba, “Jeedaaar!” suara peluru kembali terdengar. Bahkan, kini terdengar semakin keras. “Jessie!” teriakku sambil mengulurkan tangan. Jessie masih terhanyut dalam suasana. Ia masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Dengan sigap kutarik lengan Jessie ke sebuah angkutan. “Pak, cepat jalan!!” Aku
berteriak kepada pak supir. “Sudah kucoba, tapi tetap tidak bisa,” Beliau terlihat panik. Aku pun bertambah bimbang, kenapa mobilnya harus mogok pada saat seperti ini.

Aku melihat mobil lain melaju dengan kecepatan tinggi. Aku dan Jessie segera keluar dari angkutan dan berlari mengejar mobil itu. “Paman Jetty?” aku terkejut. Paman Jetty adalah adik ibuku. “Kenapa kalian bisa ada di sini? Ayo cepat naik!” seru Paman Jetty. Jessie terlihat kebingungan, ia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Paman Jetty. “Paman, berbahasa Indonesia yang baik dan benar dong! Jangan berbahasa Tetun, saya tidak mengerti,” protes Jessie. “Daerah ini sudah tidak aman. Ayo kita pergi dari sini!” seru Paman Jetty. “Tapi, bagaimana dengan sekolah kami?” aku bertanya kepada Paman Jetty. “Yang jelas, kalian harus pergi jauh dari sini”. Paman Jetty memberi kami nasihat. “Rumahmu dimana, sayang?” tanya Paman Jetty. “Rumahku disana. Di belakang warung kecil itu. Terimakasih,” ucap Jessie. Paman Jetty mengantar Jessie ke rumahnya.

Tak lama kemudian, aku pun sampai di rumah. “Aira! Keadaan di Motaain sudah parah, kita harus pindah dari Atambua,” seru paman Jetty. “Sudah kuduga akan terjadi seperti ini, kemana lagi kita akan mengungsi? Kita tidak mempunyai sanak saudara di luar sana!” Ibu terlihat sangat kebingungan. “Apapun yang terjadi, kita harus pergi dari sini, besok kau akan kujemput” Paman Jetty sudah pergi sebelum ibu sempat menjawab dengan sepatah kata.

Aku mengurung diri di dalam kamar. Aku masih tidak percaya dengan apa yang telah terjadi. Aku merasa bimbang dengan semua ini. Kubaringkan tubuhku di pulau kapuk, perlahan kutarik selimut. Tok Tok Tok! Kudengar suara ketukan pintu. “Siapa?!” aku bertanya dari dalam kamar. “Aku Jessie!” seru sosok suara.

Rasanya malas sekali untuk bangkit dan membukakan pintu. Krieek! “Ada apa Jessie?” Saat itu mataku masih terpejam, aku lelah sekali. Di dalam hati aku menggerutu, Huh, mengganggu tidurku saja.

Mata Jessie berkaca-kaca, air matanya tak dapat dibendung lagi. “Ada apa

Jessie? Ceritakan padaku!” Aku mulai panik. “Ka-kata ayahku, aku akan pindah ke Australia. Indonesia sudah tidak aman, Gaby!” seru Jessie. “Apa? Kenapa harus pindah? Apa tidak bisa hidup berdampingan? Kenapa dunia ini kejam sekali kepada kami?” Seketika aku ambruk pingsan. “Ga..Gaby. Maafkan aku. Aku
harus pergi. Semoga kau selalu ingat persahabatan kita”. Aku mendengar samar-samar suara yang perlahan menghilang.

... “Gaby,” desah suara sayup-sayup memanggil namaku. Kini, sosok misterius muncul di hadapanku. “Ayah!” Aku berteriak senang lalu memeluk ayah. “Aku kangen ayah,”. Ayah membelai pipiku “Ternyata anak ayah sudah sebesar ini, ya,” Ayah mencubit-cubit pipiku. A..ayah, aku keluar dari kerusuhan NTT,” Bicaraku jadi berantakan karena baru sadar dengan apa yang ‘kulihat. Ayahku meninggal sejak dua tahun yang lalu. Jadi, dengan siapa aku berbicara?

“Kalian pindah saja dari NTT, aku tidak mau melihat kalian bernasib sama

denganku!” seru ayah dengan nada tinggi. “Apa! Ayah yang selama ini tidak seperti itu, aku tidak mau pindah dan besok pun ‘ku pastikan tidak ada yang pindah!” Semangatku membara-bara. “Itu baru anak ayah,” Perlahan suara tersebut sirna. Aku terbangun dari tidurku. Ah ternyata hanya mimpi, gumamku.

Ayah..., terimakasih atas semangat yang kauberikan! Kutahu kau sengaja mampir di dalam mimpiku, untuk memberikan sesuatu yang selama ini terpendam, yaitu semangatku untuk mengubah dunia dan cita-citaku untuk membawa perdamaian dan rasa toleransi dalam bermasyarakat. Terimakasih ayah.

***

‘Kepada : Bapak Presiden Indonesia B.J Habibie’ begitu tertulis di amplop suratku. Entah kapan surat ini akan sampai atau bahkan surat ini tidak akan pernah sampai ke tangan Bapak Presiden. Kugenggam surat ini dengan satu harapan, yang jelas aku ingin sekali Bapak Presiden membaca atau sekedar melihat sedikit lembaran-lembaran suratku.

Hembusan angin menerbangkan rambutku seakan membawaku ke suatu tempat. Pagi itu, sekitar pukul 06:34 ‘kuberjalan menuju terminal secara sembunyi-sembunyi, agar tidak tertangkap basah oleh ibu. Kalau sudah ketahuan, pasti aku dilarang pergi kesana. Kriiekk! Aku menutup pintu rumah. “Siapa itu?” Aku mendengar sosok suara. Gawat, ibu! gumamku dalam hati.

“Gaby? Apakah itu kau? Gaby!” Terdengar suara ibu dari dalam rumah. Aku berlari menuju terminal, berlari dan terus berlari. Perlahan tapi pasti. aku pun sampai di terminal Atambua. Sebuah mobil angkutan sudah terparkir di bawah pohon. “Pak! Antarkan aku ke Motaain sekarang juga!” seruku.
Tapi, bapak berangkat mulai jam delapan nanti,” jawab bapak yang biasa membawaku ke Motaain.

“Tidak ada waktu lagi pak, cepat jalan! Nanti kubayar sepuluh kali lipat,” tawarku. Dengan cepat, beliau mengemudikan mobil. Hanya beberapa langkah sebelum ibu sampai di terminal.

Maafkan aku ibu. Maafkanlah diriku yang telah melawanmu. Kumohon ibu, tolong jangan kejar anakmu yang keras kepala ini.

Beberapa menit berlalu, mobil yang mengangkutku sudah sampai di Motaain. Ya Tuhan..., Ternyata sekolahku sudah hancur seperti ini. Kenapa mereka tidak bisa menghargai kami? Aku bertanya-tanya dalam hati.

Tiba-tiba saja, Jeedaaar! Suara peluru itu lagi, gumamku. Kerumunan itu mulai mendekat. “Kau, cepat naik ke mobil!”  seru Bapak itu. “Tidak pak, aku di sini saja,” Aku menolak ajakannya. Beliau terlihat semakin panik karena kerumunan semakin mendekat. Bapak itu memperingatkanku lagi. Tapi, Terlambat, kerusuhan di Atambua tidak dapat dihindari.

“Gabyy!!!” teriak sosok suara. “Paman Jetty!” seruku. “Apa yang kamu lakukan disini? Ikut paman, kita pindah dari Atambua!” teriak Paman Jetty. “Aku tidak mau pindah dari Atambua, paman, tinggalkan aku di sini!” Aku mengelak. “Gaby, Lakukan saja apa yang kamu mau, ibu percayakan pada dirimu” Ibu menyemangatiku sambil mengelap air mataku yang mengalir deras. “Aira! Apa yang kamu lakukan! Cepat pergi dari sini! Suruh anakmu berhenti!” ajak Paman Jetty. “Tidak, Jetty. Biarkan ia melakukan apa yang ia mau,”  tolak ibu.

Sementara itu, kerusuhan semakin menjadi-jadi. Entah sudah berapa nyawa melayang sia-sia. Entah berapa tetes darah terbuang percuma hanya karena perselisihan yang tiada habis-habisnya ini. “Merdeka!” seru salah seorang sambil membawa bendera Indonesia. Huh, merdeka apanya? Seharusnya kemerdekaan diisi dengan prestasi bukan dengan ‘ribut’ yang tidak ada gunanya seperti ini. Tidak adakah jiwa toleransi dalam diri kalian? Tidak adakah rasa belas kasihan dalam diri kalian?

“Hentikaaan! Tolong hentikan semua ini!” Aku berteriak sekencang mungkin. “Anak kecil jangan campuri urusan kami! Kami hanya merebut yang menjadi hak kami, tanah leluhur kami!” seru salah seorang disambut sorak sorai ria. “Aku memang anak kecil! Tapi aku tidak punya pikiran seperti anak kecil
layaknya kalian semua. Memangnya dengan bertengkar bisa menyelesaikan masalah?” Aku mengencangkan suaraku. “Anak kecil jangan ikut campur urusan kami!” seorang pemuda berteriak menentang perkataanku.

“Tidak adakah rasa saling menghargai dalam diri kalian? Tidak adakah rasa saling menghormati dalam diri kalian? Tanah yang sudah jatuh ke pihak lain, tidak dapat kita rebut dengan cara seperti ini!” Aku menitikkan air mataku.

“Tolong... Hentikan kegiatan ‘sia-sia’ ini, jangan sampai ada korban jiwa,” lanjutku sambil mengelap air mataku yang membanjiri pipiku.

Jeedaarrrrr! Sebuah peluru dilayangkan. Buushh! Sebuah peluru melayang dalam sekejap mata, menembus tubuhku tepat di dada. Rasanya sakit, namun tidak sesakit hatiku menyaksikan semua ini. Sepucuk surat terjatuh dari genggaman tanganku. “Gaabby!” aku mendengar sosok suara. “Ibu...” rintihku.

Aku terjatuh tepat di pangkuan ibu. Tangis ibu tidak dapat dibendung. “Ibu..Maafkan aku,”. “Gaby! Bertahanlah!”. Mobil Ambulans dipanggil segera untuk menanganiku dan membawaku ke rumah sakit terdekat. Namun, apa daya. Semua sudah terlambat, nyawaku tak tertolong. Detik itu juga kuhembuskan nafas terakhirku. Aku bangga telah berkorban demi bangsa. Kini ‘ku telah tenang berada di sisi-Nya. “Ayah... ‘Ku datang menyusulmu ke surga,”.

***

Tiga bulan kejadian itu, sepucuk surat sampai di Istana Negara. Di Amplop surat bertuliskan nama pengirim “Gabriella Patricia Fernandez’ yang ditujukan kepada ‘Bapak Presiden Indonesia B.J Habibie’. Seorang bapak dengan gelar tertinggi di Indonesia terlihat membaca lembaran-lembaran surat yang ia terima. Beliau menitikkan air mata tanda haru. Ditutupnya lembaran-lembaran surat yang dikirim dari perbatasan Motaain.

Di Dili, 4 September 1999 diadakan sebuah jajak pendapat yang dimenangkan oleh pihak pro-kemerdekaan. Beberapa waktu setelah itu, Timor Leste memisahkan diri dari Indonesia. Merdeka menjadi sebuah negara baru. Setelah itu, tidak ada lagi kerusuhan-kerusuhan yang terjadi. Kini, kedua negara itu saling hidup berdampingan dengan harmonis di Pulau Timor.

Kini, di ufuk timur langit merah putih, telah terbit mentari yang menyinari dan membawa kedamaian kepada dunia.
Publisher: Tama - 09:31

Sunday, 22 June 2014

Storytelling Bawang Putih And Bawang Merah

BAWANG PUTIH AND BAWANG MERAH


         
   Once upon a time, in East Java, lived a beautiful girl named Bawang Putih. Her father had passed away, and she lived with her stepmother and stepsister. Before her father passed away, her stepmother and stepsister were very kind to her. But, two days after her father passed away, they treated her badly.

“Bawang Putih, from this moment, you have to clean the house, guard the house, wash the clothes, and cook delicious meals. Ha ha ha ha”
“But mother…”
“No but! You must obey my rule! What do you think? I love you?? Oh… No… No… No… I hate you! Why must I kind to my stepdaughter, ha!?”
“Pity you, How poor you are” said her stepsister with a sly smile.
Her stepsister was Bawang Merah. She was very lazy, and she always got dresses every time. But, Bawang Putih was more beautiful than her.

One morning, Bawang Putih was washing some clothes in a river. Accidentally, her  sister's clothes were washed away by the river. She was really worried so she walked along the riverside to find the clothes.
“Ooh my gosh!, my sister dress were washed away by the river, i must find it immediately,” Said her Anxiously.
Then she went home. Unfortunately, she could not find the dress. At home, her sister asked her, “where is my dress? Have you washed it?”
“U..umm” Bawang putih forced to tell the truth
“Did you hear me? Where is it?” Asked Bawang Merah loudly.
“Y..your clothes were washed away,” said Bawang Putih.
“Whaaattt, You lost it? It’s expensive you know, Mother!” said Bawang Merah angrily.
 “Bawang Putih washed my dress, and she lost it,” Bawang Merah said to her mother.
“Whaaat?! You lost the dress? It’s so expensive, you know. Now you have to find it or you won’t have dinner tonight,” Her stepmother was mad at Bawang Putih

Bawang Putih was so sad. She started walked along the river to search her sister dress. Let me go, Let Me Go.~ But Suddenly she met an old woman. She said that she kept the clothes and would give them back to Bawang Putih if she helped the old woman do her house work. After that, Bawang Putih helped the old woman to do all house work for her.After everything was finished, the old woman returned the clothes.

“Thank you so much for helping me out, Bawang Putih. As a reward, let me offer my pumpkin. There are small one and a bigger one, Which one do you want?” Asked the old lady.
 “I..i think the small pumpkin is enough for me, Thank you for your kindness, Old woman,” said Bawang Putih thanking the old woman.
“Anytime, Sweetheart,” answered the old woman.
After thanking the old woman, Bawang Putih then went home. When she arrived home, her stepmother and Bawang Merah were angry. They had been waiting for her all day long. Bawang Putih then told about the clothes, the old woman, and the pumpkin. Her mother was really angry so she grabbed the pumpkin and smashed it to the floor. Suddenly they all were surprised. Inside the pumpkin they found jewelries.

          “Bawang Merah, hurry up. Go to the river and throw my clothes into the water. After that, find the old woman. Remember, you have to take the big pumpkin. So we will be rich! hahaha," the stepmother asked Bawang Merah to do exactly the same as Bawang Putih's experience.

          Bawang Merah immediately went to the river. She threw the clothes and pretended to search them. Not long after that, she met the old woman.
“What are you doing right there?” asked the old woman
“I am looking for my dress,” replied Bawang Merah
“I kept your dress, but if you want me to return it. You have to do the house work for me,” said the old woman.
“You are a thief old woman! Give me back my dress!” She screamed.
“Sorry young lady, i didn’t mean to stole your dress, i just keeping it. I just an old woman,” said the old woman.
“Oh don’t make a sad story, now because of your fault, you have to give me the big, big, big pumpkin!” Bawang merah pushed the old woman

          The old woman then gave her the big one. Bawang Merah was so happy. She ran very fast. When she arrived home, her mother was impatient. She directly smashed the pumpkin to the floor. They were screaming. There were a lot of snakes inside the pumpkin! They were really scared. They were afraid the snakes would bite them.

          “Mom, I think God just punished us. We had done bad things to Bawang Putih. And God didn't like that. We have to apologize to Bawang Putih," cried Bawang Merah.

“You’re right! We should apologize to Bawang Putih,” her mother agreed.

          Finally both of them realized their mistakes. They apologized and Bawang Putih forgave them. Now the family is not poor anymore. Bawang Putih decided to sell all the jewelries and used the money for their daily lives. They will live happily ever after.
Publisher: Tama - 00:29

Pendapat Mengenai Keberagaman Budaya Bangsa

Pendapat Mengenai Keberanekaragaman Budaya Bangsa


Pendahuluan
Indonesia adalah bangsa dengan beragam budaya dan beragam suku bangsa. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan negara pemilik bahasa terbanyak nomor dua di dunia. Ada beragam suku, bahasa, ras, dan agama tersebar di penjuru negeri. Dari Sabang sampai Merauke. Dari Pulau Miangas hingga Pulau Rote. Berjuta keberanekaragaman budaya tertata dalam suatu persamaan hak dan kewajiban antarindividu.

Identifikasi Masalah
Namun, Bangsa Indonesia patut berprihatin. Berbagai macam pertikaian antar suku, agama, dan ras belakangan ini telah membuat resah masyarakat Indonesia. Sebut saja, kerusuhan antar warga Lampung dan Bali di desa Balinuraga, Provinsi Lampung beberapa waktu yang lalu. Lalu yang baru-baru ini adalah Penyerangan Umat Katholik di Sleman, Yogyakarta.

Pendapat Pribadi
        Menyadari akan banyaknya tindak pertikaian yang terjadi di lingkungan kita. Seharusnya kita merasa berduka cita atas lunturnya nilai-nilai dan moral-moral dari ke lima penyangga negeri kita, Pancasila. Terutama Sila Ketiga Pancasila, yaitu :
... “Persatuan Indonesia” ...
Akhir-akhir ini, Indonesia seakan terpecah belah akibat lunturnya pengamalan dari sila tersebut. Seakan diabaikan.

          Menyadari negeri kita tercinta, Indonesia sebagai negara yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai macam budaya. Mencintai Indonesia bukan berarti kita hanya mencintai budaya kita sendiri namun mencintai semua yang terdapat di Indonesia. Budaya dari ketigapuluh empat provinsi.

          Menurut Saya, Memiliki budaya yang beragam dan berbeda bukan hanya untuk dibanggakan. Budaya yang beragam sudah menjadi tugas kita untuk melestarikannya. Walaupun Pendapat Saya, keberanekaragaman budaya yang ada pada bangsa kita ada kekurangannya juga. Masyarakat akan bekerja dalam kelompok-kelompok, ras atau golongan tertentu. Padahal, suatu masalah akan lebih mudah jika dibicarakan dengan berserikat/berorganisasi. Kekurangan yang lain juga mendasar pada faktor dari luar, Seperti negara-negara luar yang sering mengompori dan menjadi pelopor perpecahan di Indonesia. Seperti negara Malaysia yang pernah mencantumkan beberapa budaya Indonesia seperti beberapa budaya yang berasal dari Batak dan Melayu sebagai budaya mereka. Padahal, tindak yang mereka lakukan tidak salah. Karena, orang Batak dan Melayu terdapat juga di Malaysia. Lalu jangan lupakan, Pulau Papua yang hampir lepas karena pengaruh dari negara luar termasuk Amerika Serikat.

          Keberanekaragaman seharusnya bukan diartikan sebagai perbedaan, seharusnya diartikan sebagai “Kesatuan” sehingga keberanekaragaman diterjemahkan menjadi “Kesatuan Budaya” bukan “Perbedaan Budaya”. Namun, hal tersebut tidak akan terwujud, jika kita masih memandang perbedaan budaya, agama dan ras sebagai batas/sekat untuk kita bersatu. Ingat dahulu, pada Pancasila Sila Pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluk-pemeluknya.”. Sila yang bercetak miring akhirnya dihapuskan oleh para perumus, karena dianggap akan membawa dampak yang buruk bagi kesatuan negara. Itulah salah satu bukti “nyata” pengorbanan demi negara bukan demi kelompok atau golongan. Hal itu dibuktikan dengan adanya 4 (empat) agama yang ada saat itu, Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Buddha. Sebelum masuknya agama Kong Hu Chu yang dibawa warga Tiongkok sebagai agama resmi ke 6 pada zaman pemerintahan Abdurrahman Wahid. Pengakuan oleh Presiden tersebut membuktikan sistem pemerintahan yang dianut oleh negara kita yaitu “Demokrasi”, dengan adanya Kebebasan Beragama.
         
Kesimpulan      
        Keberanekaragaman budaya Indonesia dapat kita manfaatkan sebagai ajang pemersatu bangsa. Pancasila adalah salah satu penyangga Indonesia dalam keberanekaragaman budaya tersebut, namun nilai-nilai yang sudah tertanam sejak dulu. Kini mulai memudar seiring berkembangnya zaman. Berkembangnya budaya-budaya yang telah menyesuaikan.

Penutup
        Marilah kita sebaga generasi penerus bangsa, kita harus mampu mempertahankan budaya dan kerukunan dan persatuan negara. Jangan sampai nilai-nilai moral yang terdapat dalam Pancasila semakin lama akan menghilang. Budaya ada bukan untuk dibanggakan namun untuk dilestarikan. Namun, Jangan sampai budaya ketimuran yang cenderung konservatif akan berkembang menjadi budaya barat yang terlalu “liberal”. Marilah mulai dari sekarang, kita buka pikiran kita untuk menerima ‘perbedaan’ itu dan setidaknya menghargainya. Karena budaya adalah kegiatan yang sudah dilakukan sejak jaman dahulu oleh nenek moyang. Artinya, budaya adalah warisan dunia bangsa Indonesia.


Yuuk, Kita lestarikan keberanekaragaman budaya Indonesia. Ingat jangan jadikan perbedaan namun jadikan sebuah kesatuan. Mari kita mulai dari diri kita sendiri, kalau bukan kita yang melestarikan, Siapa Lagi?
Publisher: Tama - 00:16

Saturday, 21 June 2014

Dedicated To Shock Death 8.1

Adila Nurazizah - Adel (Kucing)
Gadis ini adalah gadis termuda ketiga di kelas setelah Diena dan Muthia. Rambutnya pendek, agak imut. Badannya nggak terlalu tinggi ataupun pendek. Tapi pipinya chubby. Mukanya mirip kucing, entah kebetulan juga dia suka kucing (Bukan kucing garong, yeee :v). Entah apa yang bikin gua bakal kangen sama dia nanti. Yang jelas, dia yang asli sama yang di dunia maya, beda bingiitss. Temen maen gua di pigg yang hode total :v
  

Aldino Hantara Sumarna - Dinok
Biasa di panggil Dino, bukan Dinosaurus ya, #canda. Kadang suka sok Staycool. Orangnya dingin alias 'cool'. Couplenya Anisa Bella. Kadang-kadang serius dan kalo marah rada serem. Tapi dia sebenernya baik. Yang gua kangenin dari dia yaitu, sifatnya yang dingin :v Saking dinginnya, entah karena susahnya soal ulangan atau hipotermia Pernah, dia ulangan sampe meriang :v.


Anisa Bella Cahyaningrum - Abell
Cukup panggil Abell aja. Nama aslinya Bella, sih. Temen gua dari SD, sampe bosen ._. Orangnya rada alay sih. Tapi paling takut difoto (nggak kayak Atun). Gua heran, apa isi otaknya bisa sepinter itu. Suka banget manggil gua Cutttiiieees -.- Yang gua kangenin dari dia kalo pisah bakalan banyak banget, soalnya dari SD kelas 3 atau 4 kita udah sekelas bareng, #lol

 

An-Nisa Magnolia - Mamon
Dipanggil guru Nisa, tapi dia lebih seneng dipanggil Magno. Anak Betako yang lagi pacaran tapiLDR-an. Kalo marah serem banget (mungkin karena alisnya). Tapi, sebenernya dia baek dan siap ngedengerin semua curhat-curhat kita. Orangnya bijak dan suka memberi jalan keluar dari salah satu masalah. Bakal banyaaak banget yang gua kangenin, kalo kita beda kelas.


Aziz Fernando - Cornell
Dipanggil sama Iqbal Cornell. Sering digodain sama guru-guru terutama Ma'am dan Miss Muslimah. Sebenernya dia rajin, tapi agak males aja. Tapi dia memiliki nilai Olahraga tertinggi di kelas dan pinter futsal. Pas pertama ketemu dia saya kira suka begadang, soalnya nggak punya mata alias mata cipiiit. Kulitnya putih pucet, nggak wajar :v Foto cogannya tersebar di dunia maya :v
  

Bella Kartika Candra - Bekaceh
Biasa dipanggil BKC, agar tidak tertukar namanya. Orang biasa menilai dia setau mereka aja, tanpa tau dirinya siapa. Memang, gaya ngomongnya yang ketus bakal bikin lo sebel. Tapi, justru gua bakal kangen disitunya. Kelas kalo nggak ada BKC, ibarat laut tanpa air. Orangnya ada bakat ngelawak dikiit, omongannya yang agak ketus sering bikin kita ngakak nggak karuan kayak Rara :v.
 

Bintang Mahakarya Sembahen - Bintang Bulet/Binbul
Bintaaaang. Dari kelas 7, sekelas sama gua juga. Salah satu temen deket di kelas 8.1. Sering banget ngeledek aku ._. Ada bakat ngelucu nya juga. Couplenya Mala. Biasa dipanggil Rara buleettt. Dia baek banget. Kalo ngapa-ngapain, kita selalu bertiga bareng jakur. Pinter IT. Ada banyak banget kenangan dari kita kelas 7 yang gamungkin dilupain.


Diena Aulia Nabilah - Pou
Pas pertama masuk, nama dia cukup asing di telingaku. Belum pernah denger sama sekali. Masih muda sih, soalnya lahir tahun 2001 tapi badannya tinggi banget kaya tiang. Pendieeem banget, tetapi di balik sifat pendiemnya terdapat sedikit sifat gamers dan agak alay, haha ;) Pinter banget terutama Bahasa Inggrisnya. Dia duduk di depan aku. Yang bakal gua kangenin dari dia banyak bangeet :'v Mulai dari gua pinjem pulpen setahun baru dibalikin/seingetnya terus gua sering ngisengin dia :'v


Farhah Isna Fadhillah - Muka Polos/Isnul
Sering dipanggil Isnulll sama Atun. Anaknya polos bangeeet, alim dan gitulah. Jarang on fb dan termasuk salah satu anak yang gaterlalu menonjol, padahal pinter. Gua pernah gangguin dia pas Kesenian, dan dia teriak, suaranya mirip jangkrik :v Dari kelas 7, nggak terlalu deket sama dia. Kalem banget. Paling takut kalo difoto sama orang.
 

Hafizudin Al Farisi - Hekel
Rambutnya rada tegak gitu. Dulu satu sekolah pas SD. Biasa di panggil Faris. Dia coupleannya Adila. Salah satu hekel andal yang ada di SMP 1. Orangnya rada cuek :v Temennya Ajes, Dino, sama Lulud. Sering banget ngemeng "Nice". Agak serem sih sebenernya. Rada misterius sikit. Tapi sebenernya agak baik sih :v Badannya keciiil banget kaya semut :v


Haula Taqya - Muka Suram
Jujur aja pas awal ngeliat dia "Siapa sih anak ini, suram amat?". Awal-awal masuk, dia rada baek sama gua. Entah ngapa, lama-lama jadi nganu lah. Tapi sekarang baek lagi sih. Artis dunia maya cuuuy -.- terus Artis top juga di kelas. Kalo ngomong ketus banget, rada nyakit gitu lah. Tapi, sebenernya baik. Suka banget sama Taylor Swift. Ada beberapa momen yang bakal gue kangenin dari dia sih --" Contohnya debat kita yang kontroversial :P
 

Ilda Rilnanda - Switer / Tua
Pas pertama denger nama 'Ilda' menurut gua asing. Lahir April 1999. Paling tua di kelas atau bahkan di SMP 1. Bahkan lebih tua dari kakak kelas. Ilda pas awal masuk sok pendiem gitu lah. Mainnya sama Haula mulu. Ya gitu deh. Eh ternyata gua salah sangka. Ilda rada alay dan narsis kaya Atuns. Tapi dia baek, enak diajak curhat. Tapi kalo ngomong sering nggak nyambung. Gua bakal inget selfie kita di kelas 8.1 atas yang teramat alay, mungkin kalo gua nggak ketemu lagi ya :'v Katanya Saharanatic.


Kharisma Dwi Putri - Cismak
Wanita berbehel ini jutek banget awalnya. Gara-gara dia, seluruh orang di kelas manggil gua 'Cuties' yang disebarkan Anin -_- Orangnya baik sih. Rada ketus kalo ngomong. Gua sering pinjem pulpen dia dan dia bilang "Cuma satu tam / Udah dipinjem" Cerewet dan bawel, suaranya cempreng. Jidatnya lebar. Lupain aja, gua udah tobat ngata-ngatain dia, dosa gua sama dia banyak. Kenangan gua di Shock Death sama dia terlalu banyak untuk dilupakan dari kita debat, terus gua manggil-manggil nama bebep dia, dan lain-lain lah.


Muhammad Anugrah Utama - Cuties
Kalo gua desc diri gua sendiri aneh kali ya, karena yang menilai diri kita orang lain bukan diri sendiri. Gua pas pertama masuk, langsung akrab sama beberapa orang di kelas. Tapi ada beberapa yang memiliki wajah suram dan misterius. Lama-lama, kita mulai foto-foto bareng. Lalu, kerja kelompok bareng. Ada banyak masalah dari masalah sepele sampe tuduh-tuduhan dikelas berimbas perpecahan. Tapi gua merasa seneng dan beruntung bisa berada di kelas yang menurut gua spesial ini.


Muhammad Iqbal - Black
Pas pertama masuk, udah nggak asing lagi yang namanya 'Iqbal' karena dia anak gauls. Pinter olahraga, larinya kebut banget, pinter futsal, banyak yang gua cemburuin dari dia sih. Baek bangeeet sama gua, sering nolongin sih kalo ada apa-apa. Oiya satu lagi, dia mau perawatan mutihin kulit dan ngilangin jerawat wkwk Dia salah satu anak yang deket sama guru.


Muthia Fahiratunnisa Amany - Atuns / Bocah :P
Nama 'Muthia' nggak asing sama sekali. Karena dari matrikulasi udah ketemu sama dia. Disaat umur orang 14 tahun, dia sendiri yang masih 12 tahun. Makanya disebut anak selundupan :P Orangnya alays dan narsis. Untung sekarang udah nggak senarsis dulu :v Fotonya di facebook udah ribuan. Dia kadang bawel sih, rada cerewet juga. Tapi dia pinter, dan berbakat jadi ketua organisasi.


Nada Shofura Afifah - Nada
Nada mah udah sering denger. Salah satu anak tergauls di kelas. Dan termasuk anak terkontroversial juga sih. Wkwk... Tapi dia baek banget, penolong. kadang-kadang sampai ngorbanin dirinya sendiri buat nolong orang. Orangnya setau gua nggak pendendam, gua kadang curhat sama dia sih. Pinter gambar dan ngebatik. Pernah, satu sekolah dibuat gempar gara-gara dia ngilang :v Pernah tidur pas ulangan dan ada fotonya :P
 

Reza Kuniawan - Jakur
Waktu pertama masuk, gua mungkin paling deket sama dia. Biasa dipanggil Ja-Kur = Reja-Kurniawan. Orangnya labil bingiiits. Kita kemana-mana berdua mulu -.- Soalnya dari TK kita udah bareng. Orangnya baik sih. Katanya rara Jakur sering sok Staycool. Kadang-kadang suka nyebelin juga sih. Tapi, itu justru yang bikin kita tambah deket. Ada banyak memori gua sama dia :')


Sahara Nugra Diani - Sahara/Aquariusz Girls
Bidadari Pak Tri yang satu ini dulu sering gua ledekin dengan sebutan Aquariusz Girlsz. Dulu cukups alay. Tinggi kaya tiang listrik, giginya juga ikutan tinggi. Hobinya marah, tatapan mautnya menyeramkan. Coupleannya Aldi 8.2. Sering cerminan tapi takut difoto. Sering curhat sama gua :'v Pinter sebenernya sih tapi males aja. Suaranya bagus tapi dia sok pemalu gitu. Pernah, DP BBM nya gua ganti foto terlarang. Pengen gua upload disini, takut dibanting nanti guanya :')


Syahfa Alzena Asadha - Utik/Ucil
Mukanya unyuuuk kaya anak kecil. Iqbal sering manggil dia "Ucil" sampai satu kelas jadi ikut-ikutan juga Salah satu yang paling narsis di kelas. Coupleannya kak Rifki. Dulu bawel banget, sekarang udah nggak terlalu. Pinteeeerrr, Juara Duo Song, dan dia memiliki bakat terpendam yaitu melukis dan bikin tulisan. Suaranya rada cempreng dan kadang ngegemesin.


Thomas Aquino Tyas Kilulud - Lulud
Adeknya Kak Kinanti. Orangnya rada ngeselin sih. Tapi baek sebenernya. Awalnya rada suram tapi lama-lama agak lumayan baik. Orangnya penuuuruuut, disuruh ngapa-ngapain mau. Rajin sih. Sebenernya pinter banget terutama di bidang IPS dan PKN. Kadang-kadang, pikirannya rada melenceng juga. Suka ngomong dan mikir yang aneh-aneh -_-


Verra Septyana - Verra / Pela
Katanya Bu Tanti mirip sama Bekace, malah dikira kembaran, bagi gua enggak -_- cuma jilbabnya yang sama. Rada centil. Coupleannya Yuwhen kelas sebelah. Pernah hilang hape di sekolah. Katanya pengen gemukan dikit. Tiap pagi kerjanya manggilin gua "Cuties". Gua sering ngerjain dia, ngiketin kertas ke jilbab dia tapi sekarang dia udah agak sadar. Pinnteerrrr pake banget terutama di mapel IPA dan MTK.


Virza Gustin - Uni Pipi
Salah satu orang padang di kelas, jadi dipanggil Uni Pipi. Dulu galak sama gua, sekarang udah enggak lagi. Pinterr terutama di mapel Bahasa Inggris dan Kesenian (Tari). Jidatnya agak lebar dan besar alias 'Jenong'. Couplenya bernama Tutiks. Kalo ulangan, kadang pada nyontek dia. Dulu pas SD satu sekolah sama gua. Dan dulu dipanggil Pipiyot. Anggota gengnya Magno, Rara, Kharisma dan lain-lain.


Zirkawati - Jirka/Jarki
Ada yang manggil Jarki, tapi khusus buat Iqbal manggilnya Mamak. Anaknya guru IPS, Bu Nurhayati. Orangnya agak polos tapi kadang garang juga. Jajanannya sering gua mintain :'v Pantesan nambah kurus. Gua sering nanyain dia tentang pelajaran. Diam-diam punya bebep juga -_- kalo dia jadian, mungkin LDRan kaya Magno :'v Dia katanya fans gua, tiap hari lewat depan rumah gua katanya :v
 

Zulfa Nirmala - Mala
Biasa dipanggil Mala. Couplenya Bintang dikelas. Diam-diam menghanyutkan. Mukanya alim tapi ternyata suka anime Jepang. Pinteeeer bangeeeet terutama Bahasa Jepang sama IPA. Gengnya terdiri atas Jarki, Pela dan Ucil. Rumahnya di prasanti. Pake kacamata dan punya banyak kakak. PPL yang ngajar bahasa inggris kakak dia terus yang di video Tari Tor-Tor juga mirip dia. Jadi semuanya kakak dia :v
Publisher: Tama - 04:01
 

΄